Perbedaan Efek Monoterapi dan Politerapi Obat Antiepilepsi (OAE) terhadap Kekambuhan Kejang pada Pasien Epilepsi di RS Siti Khodijah Sepanjang

Epilepsi merupakan satu dari penyakit neurologi yang dapat berakibat pada kematian dan disabilitas. Menurut World Health Organization (WHO) ada sekitar 50 juta orang menderita epilepsi di dunia. Kejadian epilepsi di negara maju lebih rendah dibandingkan dengan negara berkembang yakni 49:139 per 100.000 penduduk. Indonesia dengan jumlah penduduk berkisar 220 juta, diperkirakan jumlah penyandang epilepsi per tahunnya adalah 250.000 jiwa dengan rata-rata prevalesi 8.2% per 1000 penduduk. Terapi utama epilepsi adalah dengan pemberian obat antiepilepsi (OAE) jangka panjang dengan tujuan untuk mengontrol kekambuhan kejang. Kendala pengobatan yang dapat ditemui pada pasien epilepsi adalah efek samping obat, jenis obat lebih dari satu (politerapi), jangka waktu konsumsi obat yang panjang membuat pasien tidak patuh dan berujung putus pengobatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan efek monoterapi dan politerapi OAE terhadapa kekambuhan kejang pasien di RS Siti Khodijah Sepanjang. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan teknik pengambilan sampel secara consecutive sampling yang didasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan 32 (68%) sampel mendapatkan OAE monoterapi, 31 (96.9%) diantaranya mengalami kekambuhan dan 1 (3.1%) lainnya tidak mengalami kekambuhan kejang. Sedangkan 15 (32%) sampel lainnya mendapatkan OAE politerapi dengan 11 (73.3%) sampel mengalami kekambuhan kejang dan 5 (26.7%) lainnya tidak mengalami kekambuhan kejang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan efek monoterapi dan politerapi OAE pada pasien epilepsi di RS Siti Khodijah Sepanjang.

============================================================

Epilepsy is one of the neurological diseases that can result in death and disability. According to the World Health Organization (WHO) there are about 50 million people suffering from epilepsy in the world. The incidence of epilepsy in developed countries is lower compared to developing countries, namely 49:139 per 100,000 population. Indonesia with a population of around 220 million, the estimated number of people with epilepsy per year is 250,000 with an average prevalence of 8.2% per 1000 population. The main therapy for epilepsy is the long- term administration of antiepileptic drugs (AEDs) with the aim of controlling seizure recurrence. Treatment obstacles that can be encountered in epilepsy patients are drug side effects, more than one type of drug (polytherapy), a long period of drug consumption makes patients non-compliant and leads to treatment withdrawal. The purpose of this study was to determine the difference in the effects of AEDs monotherapy and polytherapy on the recurrence of seizures of patients at Siti Khodijah Hospital Sepanjang. This study is a non-experimental study with consecutive sampling technique based on inclusion and exclusion criteria. The results showed 32 (68%) samples received AEDs monotherapy, 31 (96.9%) of which experienced recurrence and 1 (3.1%) did not experience seizure recurrence. While 15 (32%) other samples received AEDs polytherapy with 11 (73.3%) samples experiencing seizure recurrence and 5 (26.7%) others not experiencing seizure recurrence. The conclusion of this study is that there are differences in the effects of AEDs monotherapy and polytherapy in epilepsy patients at Siti Khodijah Hospital Sepanjang.