Menurunnya ketahanan keluarga menghadapi konflik
menyebabkan meningkatnya angka perceraian di Indonesia khusususnya
Surabaya pada tahun 2019 ini. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
menekan angka perceraian, salah satunya mengintegrasikan mediasi dalam
proses penyelesaian perkara di pengadilan. Mediasi sebagai jembatan
adanya perdamaian para pihak diharapkan efektif dalam menangani
perkara perceraian.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja problema yang dihadapi
dan upaya penyelesaiannya dalam menangani perkara perceraian,
bagaimana tingkat keberhasilan mediasi di Pengadilan Agama Surabaya
tahun 2019, dan bagaimana efektivitas mediasi dalam menangani perkara
perceraian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini penelitian
lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif serta pengumpulan
data yang digunakan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini adalah problema yang paling menyulitkan
mediasi untuk mengupayakan perdamain, dikarenakan keduanya sudah
sangat kuat keinginannya untuk bercerai dan keterlibatan keluarga dari
para pihak. Pada tahun 2019 angka keberhasilan mediasi tersebut cukup
tinggi jika dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 1.175 perkara dengan
keberhasilan mediasi 33 perkara yang menunjukkan 2,7 % tingkat
keberhasilan mediasi. Data tersebut menunjukkan mediasi Pengadilan
Agama Surabaya belum cukup efektif meskipun ada peningkatan
dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya dalam memediasi perkara
perceraian. Hal ini dibuktikan bahwa semua mediator Pengadilan Agama
Surabaya sudah profasional sehingga mampu menaikkan persentase angka
keberhasilan mediasi pada tahun 2019 dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Mediasi di Pengadilan Agama Surabaya sudah sesuai dengan
PERMA No.1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
Mediator Pengadilan Agama Surabaya sudah melaksanakan Keputusan
Ketua Mahkamah Agung Nomor : 108/KMA/SK/VI/2016, Lampiran V
tentang Pedoman Perilaku Mediator.