Hubungan Indeks Massa Tubuh terhadap Nilai VO₂max pada Atlet KONI Jawa Timur

Latar belakang: Indeks Massa Tubuh (IMT) sering digunakan sebagai indikator komposisi tubuh yang sederhana dan cepat, sementara VO₂Max merupakan parameter utama dalam menilai kapasitas aerobik seorang atlet. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara IMT dan kapasitas VO₂Max pada atlet yang tergabung dalam KONI Jawa Timur. Metode: Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel terdiri dari 51 atlet cabang olahraga hoki indoor dan outdoor, yang dipilih melalui metode simple random sampling. Data sekunder mengenai IMT dan VO₂Max diperoleh dari catatan kesehatan KONI dan dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman dengan tingkat signifikansi 95% (p < 0,05). Hasil: Rata-rata IMT atlet berada pada kategori normal (22,46 kg/m²), dan rata-rata VO₂Max sebesar 43,5 ml/kg/menit menunjukkan kebugaran sedang hingga baik. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan koefisien korelasi sebesar -0,190 dengan nilai signifikansi p = 0,182, yang menandakan tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara IMT dan VO₂Max. Kesimpulan: Tidak ditemukan hubungan signifikan antara IMT dan kapasitas VO₂Max pada atlet KONI Jawa Timur. IMT bukanlah indikator tunggal yang dapat digunakan untuk memprediksi kapasitas aerobik, mengingat adanya peran penting dari variabel lain seperti jenis latihan, komposisi tubuh spesifik, dan faktor genetik. Pengukuran performa atlet ke depan disarankan menggunakan pendekatan multidimensi yang lebih komprehensif.

============================================================

Background: Body Mass Index (BMI) is often used as a simple and quick indicator of body composition, while VO₂Max is the main parameter in assessing an athlete's aerobic capacity. This study aims to analyze the relationship between BMI and VO₂Max capacity in athletes who are members of KONI East Java. Methods: This study used an observational analytical design with a cross-sectional approach. The sample consisted of 51 indoor and outdoor hockey athletes, selected through a simple random sampling method. Secondary data regarding BMI and VO₂Max were obtained from KONI medical records and analyzed using the Spearman correlation test with a significance level of 95% (p < 0.05). Results: The average BMI of athletes was in the normal category (22.46 kg/m²), and the average VO₂Max was 43.5 ml/kg/minute indicating moderate to good fitness. The results of the Spearman correlation test showed a correlation coefficient of -0.190 with a significance value of p = 0,182, indicating that there was no statistically significant relationship between BMI and VO₂Max. Conclusion: There was no significant relationship between BMI and VO₂Max capacity in KONI East Java athletes. BMI is not a single indicator that can be used to predict aerobic capacity, considering the important role of other variables such as type of exercise, specific body composition, and genetic factors. It is recommended that athlete performance measurements in the future use a more comprehensive multidimensional approach.